PERTANYAAN :
benarkah membaca shodaqolloohul 'adziim setelah membaca al-qur'an tak ada tuntunan syariatnya ?
JAWABAN :
Memang tidak terdapat dalil Nash berupa ayat Al-Quran atau Al-Hadits tentang adanya bacaan shodaqa Allaah al-‘Azhiim saat usai membaca alQuran karenanya segolongan faham “tertentu” menyatakan hal ini termasuk BID’AH (Lihat Al-Muntaqaa min Fataawy al-Fauzaan XXXIV/37), Namun bila menilik arti dari shodaqa Allaah al-‘Azhiim "Maha benar Allah Yang Maha Agung dengan segala firmannya" yang di dalamnya mengandung makna mensucikan Allah dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, apakah hal ini dilarang ? Bukankah doa dan sanjungan kepada Allah bisa dilakukan kapan saja dan dengan kalimat apa saja ?
Karenanya para Ulama Qurroo’ (ahli quran) menganjurkan membaca shodaqa Allaah al-‘Azhiim saat rampung membaca AlQuran dan termasuk sebagian cara beretika baik terhadap Al-Quran.
Berdasarkan beberapa keterangan kitab berikut :
ويستحب للقارىء إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم ويشهد على ذلك أنه حق فيقول: صدق الله العظيم، وبلغ رسوله الكريم، ونحن على ذلك من الشاهدين.
“Disunahkan bagi seseorang saat rampung membaca AlQuran untuk bertashdiq pada Tuhannya (membaca shodaqa Allaah al-‘Azhiim) dan bersaksi akan sampainya da’wah Nabi Muhammad shallaahu alai wa sallam (membaca wa balagho rosuuluhul kariim) serta bersaksi bahwa semuanya adalah perkara hak, maka ucapkan : shodaqa Allaah al-‘Azhiim wa balagho rosuuluhul kariimwa nahnu ‘alaa dzaalika minas syaahidiin”. [ Fath al-Kariim al-Mannaan I/4 ].
ومن حرمته أن يؤدي لكل حرف حقه من الأداء حتى يبرز الكلام باللفظ تماما فإن له بكل حرف عشر حسنات ومن حرمته ...إذا انتهت قراءته أن يصدق ربه ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وسلم ويشهد على ذلك أنه حق فيقول : صدقت ربنا وبلغت رسلك ونحن على ذلك من الشاهدين اللهم اجعلنا من شهداء الحق القائمين بالقسط ثم يدعو بدعوات
الكتاب : الجامع لأحكام القرآن
المؤلف : أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أبي بكر بن فرح الأنصاري الخزرجي شمس الدين القرطبي (المتوفى : 671 هـ)
“Sebagian cara memulyakan alQuran adalah :
~ Membaca huruf sesuai haknya hingga dapat diuacapkan dengan sempurna karena setiap huruf mengandung sepuluh kebaikan.
~ Saat rampung/selesai membacanya hendaknya bertashdiq pada Allah, bersaksi sampainya da’wah dan menyatakan kesemuanya (yang telah di baca) adalah benar adanya maka ucapkan : SHODAQTA ROBBANAA, WA BALAGHOT RUSULUKA WA NAHNU ‘ALAA DZALIKA MINAS SYAAHIDIIN ALLAAHUMMA IJ’ALNAA MIN SYUHADAA-IL HAQQIL QOO-IMIINA BIL QISTHI (dengan menjadikan waqii’ MUKHOOTOBAH pada SHODAQTA ROBBANAA, WA BALAGHOT RUSULUKA WA). “Maha benar Engkau Tuhan kami, telah sampai seruan utusanMU, dan kami atas semua menjadi saksi, Ya Allah jadikan kami penyaksi-penyaksi kebenaran yang selalu menjalani keadilan”, kemudian lanjutkan dengan rangkaian doa-doa”. [ Muqoddimah Tafsir li AlQurthuuby “ALJAAMII’ LI AHKAAM ALQUR’AAN” dari IMAM TIRMIDZI ALHAAKIM ABU ABDILLAH dalam kitab “NAWAADIIR AL-USHUUL” Vol. 1 hal. 27 ].
ورأينا بعض الشيوخ يبتدئون الدعاء عقيب الختم بقولهم: صدق الله العظيم وبلغ رسوله الكريم، وهذا تنزيل من رب العالمين ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول فاكتبنا مع الشاهدين. وبعضهم يقول: لا إله إلا الله وحده لا شريك له – إلى آخره – أو بما في نحو ذلك من التنزيه وبعضهم (بالحمد لله رب العالمين) لقوله صلى الله عليه وسلم "كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد لله فهو أجزم" ورواه أبو داود وابن حبان في صحيحة (ولا حرج) في ذلك فكل ما كان في معنى التنزيه فهو ثناء
“Aku melihat sebagan para Syekh mengawali doa setelah khatam Quran dengan bacaan shodaqa Allaah al-‘Azhiimwa balagho rosuuluhul kariimwa hadzaa tanziilun min robbil ‘aalamiin robbanaa amannaa bimaa anzalta wa taba’naa arrosuula faktubnaa ma’as syaahidiin, sebagian lagi dengan bacaan Laa ilaaha illa allaahu wahdahuu laa syariikalah dst atau dengan bacaan semacamnya yang mengandung mensucikan Allah, sebagian ulama dengan bacaan alhamdulillahi robbil ‘aalamiin berdasarkan hadits Nabi : Setiap perbuatan baik yang tidak di awali dengan hamdalah kurang berkah (HR Abu Daud dan Ibnu Hibbaan) dan kesemua bacaan-bacan diatas tidaklah salah karena setiap yang bermakana mensucikan Allah berarti pujian”. [ An-Nasyr fii Qiroo-aat al-‘Asyr II/508 ].
Imam Abu Hasan Basyri juga membacanya :
ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا (3) وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ } أي: عاقبناهم بكفرهم.
قال مجاهد: ولا يعاقب إلا الكفور.
وقال الحسن البصري: صدق الله العظيم. لا يعاقب بمثل فعله إلا الكفور.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.(QS. 34:17). Artinya Kami membalas mereka sebab kekafiran mereka. Imam Mujahid berkata : Dan tidak dibalas kecuali kekufurannya. Imam Hasan Basri berkata : Shodaqollah al-‘Azhiim….!!! Tidak dibalas sepadan perbuatannya kecuali kekufuran. [Tafsir Ibnu Katsir VI/508 ].
وفى اسئلة عبد الله بن سلام اخبرنى يا محمد ما ابتدآء القرءآن وما ختمه قال ابتدآؤه بسم الله الرحمن الرحيم وختمه صدق الله العظيم قال صدقت وفى خريدة العجائب يعنى ينبغى ان يقول القارئ ذلك عند الختم والا فختم القرءآن سورة الناس وفى الابتدآء بالباء والاختتام بالسين اشارة الى لفظ بس .
“Dalam as-ilah (pertanyaan-pertanyaan) Abdullah Bin Salam disebutkan : Ya Muhamad, beritahu kami apa permulaan dan akhir bacaan Quran ? Dijawab : Permulaannya BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM akhirannya shodaqa Allaah al-‘Azhiim. Penanya berkata : Anda benar.. Dalam kitab Khoriidah ‘al’ajaaib sebaiknya bacaan shodaqa Allaah al-‘Azhiim dibaca saat khatam membaca Quran bila tidak maka bacalah surat an-Naas sehingga alquran diawali dengan huruf BA’ (yang terdapat pada awal BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM) dan diakhiri dengan huruf SIN (yang terdapat pada akhir surat an-Naas menunjuk pada lafadz BIS”. [ Tafsir Haqqy XVII/484, Tafsir Ruh alBayaan X/424 ].
Tidak ada komentar:
Write komentar