Gelar FATHIMAH AZ-ZAHRA

 


PERTANYAAN :
siapakah mula2 yang memberi laqab az-zahra kepada fatimah binti rasulillah shallahu alaihi wasallam. .
JAWABAN :
Gelar dan Keistimewaan FATHIMAH AZ-ZAHRA
وفي الفتاوى الظهيرية للحنفية أن فاطمة لم تحض قط ولما ولدت طهرت من نفاسها بعد ساعة لئلا تفوتها صلاة قال : ولذلك سميت بالزهراء وقد ذكره من صحبنا المحب الطبري في ذخائر العقبى في مناقب ذوي القربى وأورد فيه حديثين أنها حوراء آدمية طاهرة مطهرة لا تحيض ولا يرى لها دم في طمث ولا ولادة وفي الدلائل للبيهقي أن المصطفى صلى الله تعالى عليه وعلى آله وسلم وضع يده على صدرها ورفع عنها الجوع فما جاعت بعد ، وفي مسند أحمد وغيره أنها لما احتضرت غسلت نفسها وأوصت أن لا يكشفها أحد فدفنها علي بغسلها ذلك وذكر العلم العراقي أن فاطمة وأخاها إبراهيم أفضل من الخلفاء الأربعة بالاتفاق.
Dalam Kitab fataawa adz-Dzahiriyyah dikalangan Hanafiyyah disebutkan “Sesungguhnya Fathimah tidak pernah mengalami haid sama sekali, saat beliau melahirkanpun langsung suci dari nifasnya setelah sesaat agar tiada terlewatkan shalat baginya, karenanya beliau diberi nama AZ_ZAHRA”
Al-Muhib at-Thabry dalam Dzakhaair al-‘Uqbaa saat menuturkan manaqib (biografi) kerabat-kerabat Nabi menjelaskan “Terdapat dua keterangan hadits “Beliau bidadari manusia, wanita suci dan disucikan tiada mengalami haid, tidak terdapati bercak darah dalam tamu bulanan dan masa melahirkannya”
Dalam ad-Dalaa-il nya al-Baehaqy dijelaskan “Sesungguhnya Nabi Muhammad yang terpilih shallallaahu alaihi wasallam meletakkan tangan didada Fathimah dan dihilangkan rasa kelaparan, setelahnya Fathimah tida pernah berasa lapar”
Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan “Kala kematian hendak menghampiri Fathimah, beliau beliau mandi dengan sendirinya dan berwasiat agar seorangpun tidak membuka (tubuhnya), kemudian sayyidina Ali ra. menguburkannya dengan mandinya tersebut”
Al-‘Iraaqy menjelaskan “Sesungguhnya Fathimah dan saudara laki-lakinya lebih mulia ketimbang 4 kholifah ar-Raasyidiin dengan kesepakatan ulama”
[ Faidh al-Qadiir IV/555 ].
ما اختصت به فاطمة رضوان الله عليها من المزايا الكثيرة على أخواتها :
منها ما ورد أن الله زوجها لعلي كرم الله وجهه في السماء قبل أن يتزوجها في الأرض .
ومنها : تمييزها عليهنّ بأنها سيدة نساء أهل الجنة .
ومنها : تمييزها عليهنّ بتسميتها بالزهراء إما لعدم كونها لا تحيض من غير عِلَّة فكانت كنساء الجنة ، وإمَّا كونها على ألوان نساء الجنة أو لغير ذلك ، فهذه المذكورات ونحوهما مما امتازت به من الفضائل لا يبعد أن تكون هي الحكمة في بقاء نسلها في العالم أَمْناً له من عموم الفتن والمحن
Fathimah memiliki keistimewaan melebihi saudara-saudaranya :
• Terdapat keterangan bahwa Allah menikahkannya dengan Sayyidina Ali ra. dilangit sebelum dinikahkan dibumi
• Beliaulah yang dinobatkan menjadi penghulu (pemimpin) wanita-wanita penduduk syurga
• Beliau bergelar AZ_ZAHRA karena tidak pernah menjalani haid layaknya wanita-wanita syurga, atau karena beliau warna laksana wanita surga, atau karena alasan lainnya
Keterangan-keterangan tersebutlah yang menjadikan beliau beda dalam memiliki kurnia-kurnia Allah yang kemungkinan menjadi hikmah disebalik keturunannya yang akan terus ada dialam ini sebagai ketentraman dari segala bentuk fitnah dan cobaan dijagat raya ini. [ Al-Fataawaa al-Hadiitsiyyah li Ibni al-Hajar I/119 ].
Mengenai yang pertama kali menggelari beliau dengan AZ-ZAHRA belum kami temukan selain keterangan dalam kitab di kalangan syi’ah yang menyatakan bahwa gelar tersebut bersifat TAWQIIFY (langsung diajarkan Allah). Wallaahu A’lamu Bis Showaab.


Wanita Teladan FATHIMAH AZZAHRA
 
Fathimah Ra dilahirkan pada tahun ke-5 setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Nabi, bertepatan dengan tiga tahun setelah peristiwa Isra' dan Mikraj beliau.Sebelumnya, Jibril As telah memberi kabar gembira kepada Rasulullah akan kelahiran Fathimah Ra. Ia lahir pada hari Jumat, 20 Jumadil Akhir, di kota suci Makkah. Fathimah Ra dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fathimah Ra mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah, dan kesahatannya yang buruk menyebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yag membawanya menjadi wanita berilmu tinggi, berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
 
1. Ilmu Fathimah Ra
Fathimah Ra dari semenjak lahir telah mempelajari ilmu pengetahuan dari sumber wahyu. Rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang dimilikinya adalah hasil diktean sang ayah dan ditulis oleh suaminya tercinta, Sayyidina Ali Ra Setelah itu, ia mengumpulkannya dalam bentuk sebuah mushaf yang akhirnya dikenal dengan nama Mushaf Fathimah Ra
 
2. Mendidik Orang Lain
Dengan menjelaskan hukum dan pengetahuan-pengetahuan Islam, Fathimah Ra telah berhasil memperkenalkan para wanita pada masa itu dengan kewajiban-kewajiban mereka. Fidhdhah, salah seorang murid dan hasil didikannya selama dua puluh tahun tidak berbicara kecuali memakai Al Quran dan jika ia hendak menerangkan sesuatu, ia menjelaskannya dengan membaca ayat-ayat Al Quran.
Suatu hari seorang wanita menghadap Fathimah Ra seraya bertanya: “ Saya memiliki seorang ibu yang sudah tua dan sering mengerjakan shalat dengan keliru. Ia menyuruhku untuk bertanya kepada Anda berkenaan dengan permasalahan tersebut”. Ia pun menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu mengulangi pertanyaan yang sama sebanyak sepuluh dan ia pun menjawab setiap pertanyaannya tersebut. Akhirnya, wanita itu merasa malu dan berkata: “Saya tidak akan mengganggu Anda lagi”. Fathimah Ra menjawab: “Tidak apa-apa. Datanglah kemari dan tanyakanlah segala permasalahanmu. Berapa kali pun engkau bertanya, aku tidak akan marah. Aku pernah mendengar ayahku bersabda: “Pada hari kiamat ulama pengikut kami akan dibangkitkan dan mereka akan dianugerahi kedudukan yang tinggi sesuai dengan kadar ilmu yang mereka miliki. Pahala mereka akan disesuaikan dengan kadar usaha yang telah mereka lakukan dalam memberikan petunjuk kepada hamba-hamba Allah”.
 
3. Ibadah Fathimah Ra
Fathimah Ra mengkhususkan sebagian waktu di malam hari untuk beribadah. Karena lamanya berdiri ketika mengerjakan shalat malam, akhirnya kakinya membengkak. Hasan Al-Bashri (wafat 110 H.) pernah berkata: “Tidak ada seorang pun dari umat ini dari segi zuhud, ibadah dan takwa yang melebihi Fathimah Ra”.
 
4. Sebuah Kalung yang Penuh Berkah
Suatu hari Rasulullah SAW duduk di masjid dan dikelilingi oleh para sahabat. Tidak lama kemudian seorang tua bangka dengan pakaian compang-camping datang menghampiri mereka. Usia tua dan kelemahan badannya telah merenggut segala kekuatan yang dimilikinya. Rasulullah SAW menghampirinya seraya bertanya tentang keadaannya. Ia menjawab: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang papa dan lapar, berikanlah aku makanan. Aku telanjang, berikanlah kepadaku pakaian. Aku hidup menderita, tolonglah aku”. Rasulullah SAW menjawab: “Aku sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu). Akan tetapi, orang yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, sebenarnya ia juga memiliki saham dalam kebaikan tersebut”.
 
Setelah berkata demikian, Rasulullah SAW menyuruhnya untuk pergi ke rumah Fathimah Ra Ia pergi ke rumahnya dan sesampainya di sana ia menceritakan segala penderitaannya. Ia menjawab: “Aku pun sekarang tidak memiliki sesuatu (yang dapat kuberikan kepadamu)”. Setelah berkata demikian, ia melepas kalung yang dihadiahkan oleh putri Hamzah bin Abdul Muthalib kepadanya dan memberikannya kepada pria tua itu seraya berkata: “Juallah kalung ini, Insya-Allah engkau akan dapat memenuhi kebutuhanmu”.
 
Setelah mengambil kalung tersebut pria tua itu pergi ke masjid. Rasulullah SAW masih duduk bersama para sahabat kala itu. Pria tua itu berkata: “Wahai Rasulullah, Fathimah memberikan kalung ini kepadaku untuk dijual demi memenuhi segala kebutuhanku”. Rasulullah terisak menangis. Amar Yasir berkata: “Wahai Rasulullah, apakah Anda mengizinkan kalung ini kubeli?” “Siapa yang membelinya, semoga Allah tidak mengazabnya”, jawab Rasulullah SAW singkat. Amar Yasir bertanya kepada pria tua itu: “Berapa kamu mau menjualnya?” “Aku akan menjualnya seharga roti dan daging yang dapat mengenyangkanku, pakaian yang dapat menutupi badanku dan 10 Dinar sebagai bekalku pulang menuju rumahku”, jawabnya pendek.
 
Amar Yasir berkata: “Kubeli kalung ini dengan harga 20 Dinar emas, makanan, pakaian dan kuda (sebagai tungganganmu pulang)”. Ia membawa pria tua itu ke rumahnya, lalu diberinya makan, pakaian, kuda dan 20 Dinar emas yang telah disepakatinya. Setelah mengharumkan kalung tersebut dengan minyak wangi dan membungkusnya dengan kain, ia berkata kepada budaknya: “Berikanlah bungkusan ini kepada Rasulullah, dan aku juga menghadiahkanmu kepada beliau”.
 
Rasulullah SAW akhirnya menghadiahkan kalung dan budak tersebut kepada Fathimah Ra, Fathimah Ra mengambil kalung tersebut dan berkata kepada budak itu: “Aku bebaskan engkau di jalan Allah”. Budak itu tersenyum. Fathimah Ra menanyakan mengapa ia tersenyum. Ia menjawab: “Wahai putri Rasulullah, kalung ini yang membuatku tersenyum. Ia telah mengenyangkan orang yang kelaparan, memberikan pakaian kepada orang-orang yang tak berpakaian, menjadikan orang fakir kaya, memberikan tunggangan kepada orang yang tidak punya tunggangan, membebaskan budak dan akhirnya ia kembali pemilik aslinya”. 

Tidak ada komentar:
Write komentar