MAKSUD NAFSUL MUTHMAINNAH "JIWA YANG TENANG "

 


PERTANYAAN :
Jiwa yang tenang.. yang bagaimana ya ? 
JAWABAN :
ARTI Jiwa YANG TENANG menurut beberapa pendapat SAHABAT Nabi dan Ulama :
{يا أيتها النفس المطمئنة} قال الحسن ، أي : المؤمنة الموقنة. وقال مجاهد : الراضية بقضاء الله تعالى. وقال ابن عباس رضي الله تعالى عنهما بثواب الله تعالى. وقال ابن كيسان : ...المخلصة. وقال ابن زيد : التي بشرت بالجنة عند الموت وعند البعث ويوم الجمع
(Hai jiwa yang tenang) arti menurut beberapa pandangan : Hasan Basri : Yang mukmin dan yang punya keyakinan. Mujaahid : Yang ridho dengan ketentuan Allah Ta’aalaa. Ibnu Abbas ra : Tenang dengan pahala Allah. Ibnu Kiisaan : Yang Ikhlas. Ibnu Zaid : Yang dibahagiakan dengan surga saat meninggal, dibangkitkan dan dikumpulkan. [ Tafsiir Sirooj alMuniir IV/391 ].
{ يا أيتها النفس المطمئنة } على إرادة القول وهي التي اطمأنت بذكر الله فإن النفس تترقى في سلسلة الأسباب والمسببات إلى الواجب لذاته فتستفز دون معرفته وتستغني به عن غيره أو إلى الحق بحيث لا يريبها شك أو الأمنة التي لا يستفزها خوف ولا حزن وقد قرئ بهما سورة البلد
(Hai jiwa yang tenang) Yakni yang merasa tenang dengan senantiasa dzikir pada Allah (mengingat Allah) yang dapat menghantarkannya naik derajat makrifat kepadaNya dan tidak membutuhkan selainNya atau menghantarkan pada kebenaran yang tiada sedikitpun keraguan didalamnya atau pada ketenangan yang tidak terusik oleh ketakutan dan kesedihan. [ Tafsiir Baidhoowy I/490 ].
واسم هذه النفس الساكنة النفس المطمئنة التى ترجع إلى ربها راضية مرضية وهؤلاء هم الذين إليهم الإشارة بقوله صلى الله عليه و سلم سبق المفردون المستهترون بذكر الله تعالى وضع الذكر عنهم اوزارهم فوردوا القيامة خفافا // حديث سبق المفردون المستهترون بذكر الله الحديث أخرجه الترمذى من حديث أبى هريرة وحسنة وقد تقدم
Sebutan nafsu yang tenang ini adalah Nafsu Muthmainnah yang saat dikembalikan pada Tuhannya dalam keadaan ridho dan diridhoi. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa dzikir pada Allah seperti yang dituturkan oleh Nabi shallallaahu alaihi wa sallam “Mendahului orang-orang yang tersendiri yang selalu mengikat nafsunya dengan dzikir pada Allah, dzikir mereka jadikan sebagai pakaian, maka saat mendatangi hari Qiyamat mereka dalam keadaan ringan-ringan” (HR Turmudzi). [ Ihyaa ‘Uluumiddiin IV/43 ].
وهذا يقال لها عند الاحتضار، وفي يوم القيامة أيضا، كما أن الملائكة يبشرون المؤمن عند احتضاره وعند قيامه من قبره، وكذلك هاهنا.
"Perkataan ini disampaikan saat jiwa yang tenang tersebut kembali pada Tuhannya dan saat di hari Qiyamat, seperti halnya para malaikat yang memberikan kebahagiaan pada para mukmin saat ia menghadap Tuhannya dan dibangkitkan dari kuburnya". [ Tafsiir Ibnu Katsiir VIII/400 ].

Menurut keterangan di kitab Siroj Atthoolibiin Kyai Ihsan Jampes Nafsu malah terbagi menjadi 7, memasukkan Rodhiyah, Mardhiyyah dan Kaamilah....

Tidak ada komentar:
Write komentar