HUKUM EUTHANASIA

 

PERTANYAAN :
saya pernah mendengar cerita di rumah sakit, ketika seseorang yang Sudah sekarat/tdk Sadar Dan dokter berkata kehidupannya atas izin Allah hanya bergantung pada alat oksigen yg terpasang, kemudian pihak keluarga dengan ikhlas mengakhiri Hidup si pasien dengan cara melepas alat oksigen tsb.... Pertanyaannya bagaimana hukum dari tindakan itu ? 
JAWABAN :
Apabila setelah alat tersebut dilepas pasien mati dan menurut dokter yang ahli dan adil kematiannya akibat terlepasnya selang oksigen tersebut maka termasuk pembunuhan yang disengaja (Qatl al-‘Amdi)Sedang melepas selang tersebut diperinci sebagai berikut :
§Apabila pasien tersebut termasuk orang yang tidak terlindungi darahnya (seperti kafir harby, orang yang meninggalkan shalat, orang murtad yang tidak mau bertobat, dsb.) maka hukumnya boleh.
§Kalau pasien tersebut termasuk orang yang dilindung darahnya maka haram untuk dibunuh.
Catatan : Menurut kalangan Malikiyyah pasien yang kehidupannya tergantung pada selang oksigen diatas maka melepas selang oksigennya tidak menetapkan hukum qishas.
وَيَنْبَغِي أَنَّ مِنْ الْعَمْدِ أَيْضًا مَا لَوْ أَخَذَ مِنْ الْعَوَامّ جِرَابَهُ مَثَلًا مِمَّا يَعْتَمِدُ عَلَيْهِ فِي الْعَوْمِ ، وَأَنَّهُ لَا فَرْقَ بَيْنَ عِلْمِهِ بِأَنْ يَعْرِفَ الْعَوْمَ أَمْ لَا
Dan semestinya tergolong pembunuhan dengan sengaja juga adalah bila seseorang mengambil kantong pelampung dari seorang perenang serta perkakas-perkakas sejenisnya yang dibutuhkan untuk pegangan berenang, dan sesungguhnya tidak ada perbedaan pengambilan tersebut antara diketahui oleh si perenang atau tidak. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy Nihaayah al-Muhtaaj 17/23 ].
( وَلَوْ قَتَلَ مَرِيضًا فِي النَّزْعِ ) وَهُوَ الْوُصُولُ لِآخِرِ رَمَقٍ ( وَعَيْشُهُ عَيْشُ مَذْبُوحٍ وَجَبَ ) بِقَتْلِهِ ( الْقِصَاصُ ) وَيُوَرَّثُ مِنْ قَرِيبِهِ الَّذِي مَاتَ وَهُوَ بِتِلْكَ الْحَالَةِ لِاحْتِمَالِ اسْتِمْرَارِ حَيَاتِهِ مَعَ انْتِفَاءِ سَبَبٍ يُحَالُ عَلَيْهِ الْهَلَاكُ
Bila seseorang membunuh orang yang sakita saat ia mengalami naza’/sekarat/yakni sisa-sisa hidup yang dimiliki seseorang sedang kehidupannya laksana hewan yang tersembelih maka baginya atas pembunuhan tersebut dikenakan qishas dan diberikan sepenuhnya pada kerabat si sakit yang meninggal dalam kondisi demikian sebab kemungkinan keberadaan hidupnya masih dimungkinkan terjadi saat si sakit telah terhindar dari hal mengakibatkan kematiannya. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy Nihaayah al-Muhtaaj 17/26 ].
فَائِدَةٌ يُمْكِنُ انْقِسَامُ الْقَتْلِ إلَى الْأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ وَاجِبٍ وَحَرَامٍ وَمَكْرُوهٍ وَمَنْدُوبٍ وَمُبَاحٍ وَالْأَوَّلُ قَتْلُ الْمُرْتَدِّ إذَا لَمْ يَتُبْ وَالْحَرْبِيِّ إذَا لَمْ يُسْلِمْ وَلَمْ يُعْطِ الْجِزْيَةَ وَالثَّانِي قَتْلُ الْمَعْصُومِ بِغَيْرِ حَقٍّ وَالثَّالِثُ قَتْلُ الْغَازِي قَرِيبَهُ الْكَافِرَ إذَا لَمْ يَسُبَّ اللَّهَ أَوْ رَسُولَهُ وَالرَّابِعُ قَتْلُهُ إذَا سَبَّ أَحَدَهُمَا وَالْخَامِسُ قَتْلُ الْإِمَامِ الْأَسِيرَ فَإِنَّهُ مُخَيَّرٌ فِيهِ كَمَا يَأْتِي ،
Hukum suatu pembunuhan terbagi atas lima macam :
• Wajib, membunuh orang murtad saat tidak mau bertaubat, kafir Harby bila tidak mau masuk islam atau membayar pajak
• Haram, membunuh orang yang terjaga darahnya dengan tanpa adanya hak untuk dibunuh.
• Makruh, pembunuhan seorang pejuang atas kerabatnya yang kafir bila tidak mencaci maki Allah atau utusanNya
• Sunah, pembunuhan seorang pejuang atas kerabatnya yang kafir dan suka mencaci maki Allah atau utusanNya
• Mubah, pembunuhan seorang pemimpin pada tawanan perang, maka kemashlahatannya diserhkan sepenuhnya padanya.
[ Tuhfah al-Muhtaaj 36/226 ].
القاعدة التاسعة والثلاثون بعد المائتين قاعدة الحياة المستعارة كالعدم علي الاصح فمن انفذت مقاتله في المعترك فهو كالميت فيه ولا قصاص في الاجهاز عليه
Kaidah 239Hidup Pinjaman bagai tiada kehidupan menurut pendapat yang paling shahih.maka barangsiapa yang pembunuhannya terjadi dalam peperangan maka maka ia bagaikan orang yang telah mati dan tidak ada qishah dalam menyiapkan ia kemedan laga. [ Al-Qawaa’id II/482] . Wallaahu A'lamu Bis Showaab
Ada seorang pasien memakai alat bantu pernafasan yang menurut kata dokter apabila alat itu dilepas akan mengakibatkan kematiannya. Pertanyaan :
a. Bagaimana hukum melepas alat tersebut ?
b. Tergolong Pembunuhankah orang yang melepaskan ?
Jawaban :
a. Apabila yang mengatakan dokter yang ahli (mahir) dan adil (adlur riwayah) atau tidak adil tapi yang diberitahu mempercayainya, maka hukum melepaskannya ditafsil:
1.Apabila pasien tersebut berhak dibunuh (sebagaimana kafir haroby, tarikus sholat, murtad yang tidak mau berf setelah disuruh bertaubat dan lain-lain) maka hukumnya Boleh.
2.Kalau tidak berhak dibunuh, maka hukumnya Tidak Boleh (Haram).
b. Apabila setelah alat itu dilepas ternyata mati, dan kematian itu menurut sang dokter yang ahli dan adil, disebabkan terlepasnya alat tersebut, maka orang melepaskan alat tersebut termasuk qotil (pembunuh). Pengambilan ibarat :
1. Al-Jamal, juz I, hal. 208
2. Al-Iqna’, juz II, hal. 198
3. At-Ta’rifat, hal. 150

وفى الجمل، ج 1 ص 208، مانصه:ويعتمد خوف ما ذكر قول عدل فى الرواية، وفى ق ل على الجلال قوله عدل فى الرواية وهو البالغ العاقل الذى لم يرتكب كبيرة ولم يصر صغيرة وكالعدل فاسق ولو كافرا اعتقد صدقه.اهـوفى الاقناع، ج 2 ص 198، مانصه:انقسام القتل الى الاحكام الخمسة واجب وحرام ومكروه ومندوب ومباح فالاول قتل المرتد اذا لم يتب والحربى اذا لم يسلم او يعط الجزية والثانى قتل المعصوم بغيرحق والثالث قتل الغازى قريبه الكافر والرابع قتله اذا سب احدهما والخامس قتل الامام الاسير اذا استوت الخصال. اهـالتعريفات، ص 150القتل هو فعل يحصل به زهوق الروح اهـ

Tidak ada komentar:
Write komentar