PEMBERLAKUAN HUKUM BUNUH BAGI YANG MENINGGALKAN SHALAT

 

PERTANYAAN :
1. Kenapa orang yang meninggalkan sholat dhuhur baru boleh dibunuh setelah habisnya waktu asar , sedangkan meninggalkan subuh diperbolehkan membunuhnya tidak menunggu habisnya waktu dzuhur ?
2. Kenapa salamnya sholat biasa sempurnanya cuma sampai warohmatulloh sedangkan pada solat mayyit sampai wabarokaatuh ?
JAWABAN :
1. Karena shalat dhuhur (sebagaimana shalat maghrib) dapat dikerjakan dengan cara dijama' dengan shalat setelahnya berbeda dengan shalat shubuh, isyak dan ashar.
وَإِنَّمَا يُقْتَلُ بِتَرْكِ الصَّلَاةِ إذَا أَخْرَجَهَا عن وَقْتِ الضَّرُورَةِ فِيمَا له وَقْتُ ضَرُورَةٍ بِأَنْ يَجْمَعَ مع الثَّانِيَةِ في وَقْتِهَا فَلَا يُقْتَلُ بِتَرْكِ الظُّهْرِ حتى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَلَا بِتَرْكِ الْمَغْرِبِ حتى يَطْلُعَ الْفَجْرُ وَيُقْتَلُ في الصُّبْحِ بِطُلُوعِ الشَّمْسِ وفي الْعَصْرِ بِغُرُوبِهَا وفي الْعِشَاءِ بِطُلُوعِ الْفَجْرِ
Dan sesuangguhnya ia dibunuh saat meninggalkan shalat dari waktu yang darurat yakni waktu shalat yang masih memungkinkan untuk dikerjakan dengan cara dikerjakan secara jama’ dengan shalat yang yang kedua, maka tidak boleh dibunuh sebab meninggalkan shalat dhuhur hingga terbenamnya matahari, shalat maghrib hingga terbitnya fajar (karena shalat dhuhur dan maghrib masih memungkinkan dijama’ dengan shalat ashar dan isyak) namun dibunuh saat meninggalkan shalat shubuh saat terbitnya matahari, shalat ashar dengan tenggelamnya matahari dan shalat isyak dengan terbitnya fajar shodiq (karena ketiga shalat ini tidak dapat dijama’ dengan shalat-shalat setelahnya). [ Asna al-atholib I/337 ].
( ويقتل ) أي من ذكر بضرب عنقه بالسيف لا بغير ذلك ( إن أخرجها ) أي الصلاة ولو صلاة واحدة فقط ( عن وقت جمع ) لها إن كان فلا يقتل بترك الظهر كالعصر حتى تغرب الشمس ولا بترك المغرب كالعشاء حتى يطلع الفجر لأن وقت الجمع وقت الصلاة في العذر فكان شبهة في القتل ويقتل بترك الصبح بعد طلوع الشمس

Dan orang-orang tersebut dibunuh dengan menebas lehernya tidak dengan lainnya bila mengakhirkan shalat meskipun hanya shalat satu dari waktu yang memungkinkan shalat tersebut dikerjakan secara jama’, maka tidak boleh dibunuh sebab meninggalkan shalat dhuhur sebagaimana shalat ashar hingga tenggelamnya matahari, dan shalat maghrib sebagaimana shalat isyak hingga terbitnya fajar karena waktu jama adalah juga waktu shalat dhuhur dan maghrib saat dalam masa udzur maka juga disamarkan dalam diperlakukannya hukum pembunuhan dan ia dibunuh sebab meninggalkan shalat shubuh setelah terbitnya matahari. [ Nihaayah az-Zain I/9 ].

2.Terjadi khilaf dikalangan Syafi'iyyah sendiri tentang penambahan wabarakatuh pada salam saat shalat, namun yang mu'tamad tidak disunahkannya...

( قَوْلُهُ وَأَكْمَلُهُ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ ) وَلَا تُسَنُّ زِيَادَةُ وَبَرَكَاتُهُ عَلَى الْمَنْقُولِ الْمَنْصُوصِ وَهُوَ الْمُعْتَدُّ وَإِنْ وَرَدَتْ مِنْ عِدَّةِ طُرُقٍ وَمِنْ ثَمَّ اخْتَارَ كَثِيرٌ نَدْبَهَا ا هـ مِنْ شَرْحِ م ر وع ش عَلَيْهِ .

(Paling sempurnanya salam saat shalat adalah “Assalamualaikum wa Rahmatullah”) dan tidak disunahkan menambahkan Wa Barakaatuh berdasarkan keterangan yang tertetapkan dan dinukil dari Nabi dan inilah pendapat yang kuat serta dapat dijadikan pegangan meskipun terdapat beberapa jalur yang mensunahkannya yang membuat sebagian ulama memilih mensunahkannya.
Hasyiyah al-jamal III/448

( ورحمة الله ) مقتضاه أنه لا يقول وبركاته وهو المشهور , والثاني يستحب والثالث في الأول دون الثاني , حكاها السبكي واختار الثاني .

(Wa Rahmatullah) pengertiannya sesungguhnya jangan mengucapkan Wa baraktuh dan inilah pendapat yang mashur, pendapat kedua mensunahkannya, pendapat ketiga sunah pada saat salam pertama tidak pada salam kedua, pendapat-pendapat tersebut dihikayahkan oleh as-Subky dan beliau memilih pendapat yang kedua.
Hasyiyah Umairah I/192

ولا يندب زيادة ( وبركاته ) على المعتمد عند الشافعية والحنابلة، ودليلهم يتفق مع دليل الحنفية: وهو حديث ابن مسعود وغيره المتقدم: «أن النبي صلّى الله عليه وسلم كان يسلم عن يمينه وعن يساره: السلام عليكم ورحمة ا لله ، السلام عليكم ورحمة الله، حتى يُرى بياض خده» .
فإن نكس السلام فقال: ( عليكم السلام ) لم يجزه عند الشافعية والحنابلة. والأصح عندهم ألا يجزيه: ( سلام عليكم ).

Dan tidak disunahkan menambahkan Wa barakaatuh menurut pendapat yang kuat pada kalangan Syafi’iyyah dan Hanabilah dengan dalil yang telah tersebut dikalangan Hanafiyyah yang menrupakan hadits riwayat Ibn Masud dan lainnya “Bahwa nabi Muhammad SAW saat shalat melakukan salam kearah kanan dan kiri seraya berucap “Assalamualaikum warahmatullah, “Assalamualaikum warahmatullah, hingga beliau melihat warna putih pada pipinya”.
Bila lafadz salamnya dibalik ‘Alaikum salam’ maka tidak boleh menurut Syafi’iyyah dan Hanabilah dan pada pendapat yang paling shahih dikalangan mereka menyatakan ketidak cukupan salam yang dibalik tersebut.
Al-Fiqh al-Islaam II/50

والسنة أن يقول : " السلام عليكم ورحمة الله " مرتين ، وقد صرح الحنفية بكراهة كل صيغة تخالف هذه الصيغة ، وزاد بعضهم لفظ " وبركاته " وقال الشافعية : لا تسن زيادة " وبركاته " .
وقال الحنفية : الأولى تركه ، لحديث

Yang disunahkan bila mengucapkan Assalamualaikum warahnatullah dua kali, kalangan Hanafiyyah memakruhkan lafadz yang menyelisihi shigat ini, sebagian ulama menambahkan wabarakatuh, Kalangan Syafi’iyyah menyatakan tidak sunnahnya sedang kalangan Hanafiyyah menyatakan yang lebih utama meninggalkannya dengan dasar hadits Nabi.
Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 27/101

Tidak ada komentar:
Write komentar