MENGAMBIL TANAMAN DAN MEMANFAATKAN BARANG MASJID

 

PERTANYAAN :
1. Bolehkah makan buah mangga yang tumbuh dipekarangan tanah wakaf masjid ?
2. Bolehkah menggunakan air masjid untuk keperluan pribadi? (mencuci, mandi, dll).
Terima kasih atas jawabannya. 
JAWABAN :
Bagaimana hukumnya uang jariyah masjid digunakan untuk membuat kamar mandi WC dan pagar depan halaman masjid, taman-taman agar kelihatan indah ? Di halaman masjid kadang ditanami buah-buahan kemudian hasilnya untuk yang menanam, apakah diperbolehkan ?
Jawab : Uang yang telah disedekahkan atau dijariyahkan kepada masjid dengan wakaf mutlak (tidak ditentukan penggunaannya), adalah menjadi milik masjid. Dan uang milik masjid tersebut dapat dipergunakan untuk kemaslahatan masjid, demikian pula hasil dari tanaman yang ditanam di tanah masjid.
Dasar Pengambilan : Kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 66:
(مسئلة ك) قَالَ الْخَطِيْبُ فِي الْمُغْنِي: وَيُصْرَفُ الْمَوْقُوْفُ عَلَى الْمَسْجِدِ وَقْفًا مُطْلَقًا عَلَى عِمَارَتِهِ فِي الْبِنَاءِ وَالتَّجْصِيْصِ اَلْمُحْكَمِ وَالسُّلَّمِ وَالسُّوَارَى لِلتَّظْلِيْلِ بِهَا وَالْمَكَانِسِ وَالْمَسَاحِي لِيُنْقَلَ بِهَا التُّرَابُ وَفِي ظِلَّةٍ تَمْنَعُ حَطَبَ الْبَابِ مِنْ نَحْوِ الْمَطَرِ إِنْ لَمْ تَضُرَّ بِالْمَارَّةِ وَفِيْ أُجْرَةِ قَيِّمٍ لاَمُؤَذِّنٍ وَإِمَامٍ وَحَصْرٍ وَدُهْنٍ لأَنَّ الْقَيِّمَ يَحْفَظُ الْعِمَارَةَ بِخِلاَفِ الْبَاقِي فَإِنْ كَانَ الْوَقْفُ لِمَصَالِحِ الْمَسْجِدِ صُرِفَ مِنْ رِيْعِهِ لِمَنْ ذُكِرَ لاَ لِتَزْوِيْقِهِ وَنَقْشِهِ بَلْ لَوْ وُقِفَ عَالَيْهَا لَم يَصِحَّ اهـ اِعْتَمَدَ فِي النِّهَايَةِ أَنَّهُ يُصْرَفُ وَمَا بَعْدَهُ فٍي الْوَقْفِ الْمُطْلَقِ أَيْضًا وَيُلْحَقُ بِالْمُؤَذِّنِ الْحَصْرُ وَالدُّهْنُ.

(Mas'alah Kaf) Imam Khotib dalam kitab Al-Mughni berkata: Apa yang diwakafkan kepada masjid dengan wakaf yang mutlak, dapat dipergunakan untuk memakmurkan masjid, seperti membangun, melabur (melepo) yang sempurna, membuat tangga, membuat tembok yang tinggi untuk berteduh, membeli sapu-sapu, sekop-sekop untuk memindahkan tanah, membuat pelindung yang dapat melindungi kayu pintu dari hujan, jika tidak mengganggu lalu-lalang, untuk menggaji pengurus, dan tidak boleh untuk menggaji mu'adzdzin dan imam, dan untuk membeli tikar dan minyak lampu, karena pengurus itu menjaga kemakmuran masjid, berbeda dengan lainnya. Jika wakaf itu adalah untuk kemaslahatan masjid, maka hasilnya dapat dipergunakan untuorang-orang yang telah disebutkan, bukan untuk menghias masjid dan mengukirnya. Bahkan andaikata ada orang yang wakaf untuk menghias dan mengukir masjid, hukumnya tidak sah. Dalam kitab An-Nihayah pengarang berlandasan bahwa sesungguhnya dalam wakaf mutlak itu dapat dipergunakan juga untuk menggaji tukang adzan, membeli tikar dan minyak untuk lampu. [ Bahtsul Masaail PP Nurul Hudaa/2001 ].

Tidak ada komentar:
Write komentar